Oelamasi, Kupangberita.com, — Bencana banjir yang melanda sebagian wilayah Kabupaten Kupang pada awal tahun 2023 lalu membuat 5 unit jembatan putus di tengah kehancuran.
Diketahui media Kupang Berita, 5 unit jembatan yang putus, termasuk jembatan penting yang menghubungkan wilayah perkotaan dan pedesaan, menghadirkan tantangan besar bagi upaya pembebasan dan bantuan kemanusiaan.
Tim penyelamat dan bantuan pekerja telah bergerak cepat untuk mencari cara alternatif dalam upaya mencapai wilayah terisolasi tersebut.
Namun, akses yang terbatas menantang distribusi bantuan dan pelayanan medis yang mendesak bagi ribuan warga yang terjebak di daerah terisolasi akibat putusnya jembatan.
Sementara itu, Pemerintah Daerah bersama pihak berwenang bekerja keras untuk memulihkan jalan dan jembatan yang rusak akibat banjir.
Proyek pemulihan diharapkan dapat segera dimulai untuk mengembalikan konektivitas wilayah yang terputus dan mengurangi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana ini.
Dalam menghadapi krisis ini, masyarakat setempat bergotong royong dalam memberikan pertolongan dan dukungan bagi mereka yang terdampak.
Berbagai lembaga nirlaba dan relawan bekerja bersama-sama untuk mendistribusikan bantuan sosial.
5 unit Jembatan tersebut antara lain:
1. Jembatan Nunpisa
Jembatan Nunpisa yang terletak di Desa Oelatimo, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, putus dihantam banjir pada hari, Minggu (01/01/2023) dini hari.
Putusnya jembatan dan meluapnya air sungai membuat 21 unit rumah di daerah tersebut terendam.
Hingga sampai dengan saat ini jembatan tersebut belum di benahi, masyarakat pelintas masih mengunakan jalan alternatif.
2. Jembatan Bokong
Jembatan bokong yang menghubungkan wilayah Kecamatan Takari dengan Lelogama nyaris jebol.
Hujan deras yang melanda wilayah tersebut pada Jumat, (3/03/2023) membuat jembatan tersebut nyaris jebol dan hingga arus transportasi lumpu hingga 12 Jam.
Hal tersebut atas kesiapan siagaan Pemerintah Daerah Kabupaten, Provinsi melalui dinas teknis masing – masing jembatan tersebut dapat tertangani.
3. Jembatan Bipolo
Jembatan Bipolo yang terletak di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang miring dan nyaris roboh pada hari Selasa (03/01/2023).
Kemiringan jembatan tersebut tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda 2, 4 maupun pejalan kaki.
Atas inisiatif mantan Kapolres Kupang kala itu, AKBP FX Irwan Arianto, pemerintah daerah dan para pengusaha tambah membuka akses jalur alternatif melewati hutan lindung .
Hasil akhir dari kesepakatan para pengusaha tambang di wilayah tersebut kini jembatan tersebut sudah bisa dilalui.
4. Jembatan Termanu
Jembatan Termanu atau Talmanu yang membentang di batas wilayah Kecamatan Fatuleu Barat dan Kecamatan Amfoang Barat Daya baru saja selesai dibangun Pemerintah Propinsi tahun 2022 lalu.
Namun, di musim penghujan tahun 2023 tepatnya hari, Jumat (03/03/2023). Oprik jembatan tersebut meluluhlantakan oleh ganas air keruh sungai Termanu.
Putusnya Oprik jembatan tersebut membuat jalur pantura Amfoang yang menghubungkan Kota Kupang dan 5 Kecamatan lumpuh total.
Keluhan BBM dan 9 kebutuhan bahan pokok lainya menjadi santapan keluhan masyarakat setempat. Terpaksa masyarakat harus swadaya dipelopori oleh Pemerintah Desa, Kecamatan dan TNI-Polri membuat jembatan darurat apa adanya.
5. Jembatan Kapsali
Jembatan Kapsali terletak di Desa Manubelon, Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang putus akibat di pora – poranda air sungai Kapsali pada hari, Senin (13/02/2023)
Putusnya jembatan Termanu dan Kapsali, membuat pemandangan unik dan tontonan bak dua terminal angkutan di tengah penderitaan.
Masyarakat terpaksa harus estafet, barang dan orang di dua titik rusaknya dua jembatan tersebut. Bahkan upaya tersebut mengakibatkan satu nyawa malayang di tengah ganasnya sungai Kapsali.
Kini baik ke Amfoang maupun sebaliknya harus melewati jalur alternatif menyelusuri sungai.
Bahkan ditengarai dua lokasi tersebut kerap menjadi ajang Pungutan Liar (Pungli) oleh pihak tidak bertanggungjawab ditengah penderitaan masyarakat.
Waktu Pun terus berlalu belum ada tindakan aksi nyata dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kupang.
Akankah pemerintah selaku pemegang kendali perencanaan dan kebijakan penganggaran terus membiarkan penderitaan masyarakat Amfoang terus berlanjut?
Demikian info bencana alam diawal tahun 2023, sampai jumpa di info selanjutnya.***
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.