Terkhusus di Kota Kupang, minuman ini biasa dijual dengan menggunakan haik atau tampungan dari anyaman daun lontar yang dipikul para wanita untuk dijajal keliling ke permukiman atau pasar-pasar dan dijual hanya dalam kurun waktu pagi dan sore.
“Ide saya adalah bagaimana minuman yang segar ini bisa menjadi minuman yang dikemas dan bertahan,” kata Hilda.
Lebih lanjut kata Hilda, dalam proses riset yang berulang kali, minuman ini akhirnya bisa menjadi suatu produk baru yang dikemas dengan botol kaca dan bisa bertahan sekitar 6-7 Bulan.
“Minuman ini pun, telah diproduksi dengan rasa asli dan rempah-rempah,”ujarnya.
Dirinya berharap, dengan kerja sama bersama Bank Indonesia, diharapkan produk minuman lokal ini bisa dikenal dan menembus pasar nasional bahkan internasional, sebab memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan tubuh. ***
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.