Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

174 Anak di Kecamatan Amarasi Selatan Alami Stunting

Avatar photo
Foto. Puskesmas Sonraen.
Foto. Puskesmas Sonraen.

Kupangberita.com — Pemerintah Kabupaten Kupang, NTT  hingga kini terus berupaya menurunkan angka stunting (kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya akibat kekurangan gizi) pada balita dan anak di wilayah Kabupaten Kupang.

Namun, persoalan stunting masih saja terjadi di desa dan menjadi momok yang menakutkan bugil masa depan anak bangsa.

Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Puskesmas Sonraen Apdon Sabuin, Kepada Media Kupang Berita, com, Rabu ( 05/10/2022) siang, mengungkapkan sesuai data bulan timbang Februari 2022 terdapat 148 anak alami stunting atau 20,67%. Sementara pada bulan timbang Agustus mengalami peningkatan  dan terdapat 174 anak alami stunting.

Sabuin, menjelaskan data ini muncul setelah timnya melakukan Extensible Provisioning Protocol Balita  di Bawah Garis Merah ( EPP – BGM) menyangkut pembersihan data maupun data yang belum terentri dan dapat dipastikan semua balita yang hadir di Posyandu pada saat bulan timbang.

“Sehingga hasil jumlah balita keseluruhan di Kecamatan Amarasi Selatan berjumlah 920 balita.

Ini berdasarkan data bulan timbang Agustus kemarin,”bebernya.

Ia mengungkapkan balita stunting paling tertinggi di desa Nekmese. Dari semua desa/Kelurahan tingginya berada di bawah 20%.

Sementara di Desa Nekmese menyumbang, 33,82% atau 65 anak Balita.

Terkait upaya yang dilakukan selama ini kata Abdon, timnya selalu meningkatkan pelayanan  di Pustu- Pustu memastikan Ibu hamil  mendapatkan pelayanan tablet tambah darah,  pemberian PMT bumil KEK  dan pemberian biskuit  bagi balita yang mengalami stunting serta melakukan advokasi di tingkat desa/kelurahan untuk menanggulangi masalah sunting secara serius.

Dia menyebutkan Desa Nekmese, khususnya untuk Posyandu Tababa turut menyumbang angka stunting tertinggi. Dimana dari 52 anak diantaranya 33 anak alami standing.

“Berdasarkan hasil penelusuran dan identifikasi, ternyata didapatkan anak yang alami stunting ini rata-rata diasuh oleh Opa dan Oma.

Sementara orang tua kadung dari anak tersebut bekerja di luar atau sementara kuliah di Kupang.

Dan ternyata orang tua dari si anak si numpang dengan orang tua baik istri atau suami.

Didapatkan juga dalam satu rumah terdapat 6 kepala keluarga yang tinggal dalam satu rumah,”jelasnya

Mantan Kepala Puskesmas Oepoli ini mengakui untuk Puskesmas Sonraen angka stunting tertinggi berada di Desa Nekmese

“Persoalannya sangat kompleks dimana didapatkan keluarga yang sudah memiliki anak, tapi belum urus nikah dan miliki administrasi kedudukan.

Sehingga hal tersebut menjadi sulit untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah karena sampai saat ini juga KK masih numpang dengan orang tua kandung.

Selain itu, persoalan angka stunting ini tinggi juga disebabkan oleh pola asuh atau parenting oleh orang tua atau pengasuh.

Karena disini, kebanyakan orang lebih memprioritaskan kebun dan ternak ketimbang mengurus gizi anak,”bebernya.

Sementara persoalan pola asuh,
Pihak Puskesmas Sonraen,  selalu melakukan pemberian penyuluhan secara terus-menerus. Dengan harapan orang tua atau pengasuh dapat merubah pola asuh anak secara baik.***


Powered By NusaCloudHost