Pada kesempatan yang sama Wali Kota mengingatkan, festival ini adalah sebuah hiburan semata bukan ajang untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat atau hebat.
Untuk itu dia berpesan kepada semua peserta agar lewat permainan ini bisa membangun rasa persaudaraan dan menghindari perkelahian.
Wali Kota juga meminta kepada Kadispora Kota Kupang untuk merancang kegiatan tersebut lebih meriah di tahun-tahun mendatang seperti sebuah kejuaraan agar setiap pemenangnya diberikan hadiah yang menarik.
Panitia diimbau agar mengajak pihak-pihak lain untuk berpartisipasi dalam mengembangkan olah raga tradisional di kota ini.
Wali Kota juga berharap dengan kegiatan yang dipersiapkan secara baik, festival ini juga dapat menjadi ajang promosi wisata yang berdampak pada perekonomian masyarakat.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Kupang, Maxi Jemy D. Didok, SPd.,M.Si, dalam laporannya menyampaikan Festival ini diselenggarakan dalam rangka menyongsong HUT Kota Kupang yang ke-136 dan memasalkan olah raga rekreasi di kalangan masyarakat Kota Kupang, serta turut berpartisipasi dalam pengembangan pembudayaan olah raga rekreasi dan tradisional di Kota Kupang.
Sedangkan tujuan dari kegiatan tersebut menurutnya adalah untuk mengembangkan kebudayaan olah raga rekreasi dan tradisional yang berpotensi untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya melalui olah raga tradisional.
Peserta festival sebanyak 30 pasang peserta atau 60 orang peserta yang akan saling adu ketangkasan dalam even yang akan berlangsung selama dua hari, sejak hari Jumat, (22/4) hingga Sabtu (23/4).
Perlu diketahui bahwa olah raga tradisional Pe Luru Hawu atau biasa disebut “Banting Sabu” merupakan salah satu olah raga tradisisoal etnis Sabu yang sudah dikenal sejak dahulu kala, ketika nenek moyang orang Sabu masih menganut jingitiu (halaik).
Kegiatan ini biasa digelar pada malam hari saat ritual adat “Pemmau do made atau ta oleo”.
Dalam perkembangannya Pe Luru Hawu dijadikan sebagai salah satu sarana hiburan rakyat mejelang tarian pedo’a saat bulan hole. Masyarakat menjadikan permainan ini sebagai ajang untuk unjuk ketangkasan secara sportif khusus bagi kaum pria dewasa di arena yang disiapkan beralaskan tanah atau pasir. ***
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.