Kupang, KBC — Deburan ombak yang biasanya menenangkan, gemuruh angin yang akrab di telinga, dan tanah yang menjadi tumpuan hidup, terkadang berubah menjadi ancaman di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi yang terdiri dari pulau-pulau eksotis ini menyimpan sejuta pesona alam, tetapi juga menyimpan risiko bencana yang tinggi: banjir, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, hingga wabah penyakit seperti rabies.
Namun, di tengah segala kerentanan itu, tumbuh benih-benih harapan. Bukan dari gedung-gedung tinggi atau forum elite, tetapi dari akar rumput.
Dan kali ini, motor penggeraknya adalah perempuan-perempuan tangguh yang menjadi arsitek ketangguhan di komunitas mereka.
Yunita Bauk (30), warga Desa Tasain, Kabupaten Belu, adalah salah satu di antara mereka.
Baginya, kampung halaman bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ladang pengabdian. Dengan semangat muda dan pemahaman tajam akan ancaman yang dihadapi desanya, Yunita memilih jalur aksi.
Sebagai anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) dan staf di kantor desa, ia mengusulkan sebuah terobosan yang berani: mengintegrasikan program kesiapsiagaan bencana dalam rencana pembangunan desa.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.