Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Daerah  

Flobamora Tak Gentar: Ketika Perempuan NTT Jadi Arsitek Ketangguhan

Avatar photo
Astin perempuan disabilitas menjelaskan jalur evakuasi di Lembata.
Astin perempuan disabilitas menjelaskan jalur evakuasi di Lembata.
Oleh: 1. Angel Christy Patricia dan Dr. Syukur M. Adang Jaha
Mahasiswa Pasca Sarjana Undana dan Dosen Undana.

Kupang, KBC — Deburan ombak yang biasanya menenangkan, gemuruh angin yang akrab di telinga, dan tanah yang menjadi tumpuan hidup, terkadang berubah menjadi ancaman di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Provinsi yang terdiri dari pulau-pulau eksotis ini menyimpan sejuta pesona alam, tetapi juga menyimpan risiko bencana yang tinggi: banjir, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, hingga wabah penyakit seperti rabies.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website? Klik Disini!!!

Namun, di tengah segala kerentanan itu, tumbuh benih-benih harapan. Bukan dari gedung-gedung tinggi atau forum elite, tetapi dari akar rumput.

Baca Juga:  Sunyi di Ujung Sprei: Tragisnya Akhir Hidup Dolly di Rumah Kontrakan RSS Baumata

Dan kali ini, motor penggeraknya adalah perempuan-perempuan tangguh yang menjadi arsitek ketangguhan di komunitas mereka.

Yunita Bauk (30), warga Desa Tasain, Kabupaten Belu, adalah salah satu di antara mereka.

Baginya, kampung halaman bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ladang pengabdian. Dengan semangat muda dan pemahaman tajam akan ancaman yang dihadapi desanya, Yunita memilih jalur aksi.

Sebagai anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) dan staf di kantor desa, ia mengusulkan sebuah terobosan yang berani: mengintegrasikan program kesiapsiagaan bencana dalam rencana pembangunan desa.

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com

+ Gabung


Powered By NusaCloudHost