Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Daerah  

Wabup Kupang Aurum Titu Eki Apresiasi Kolaborasi Yayasan CIRMA dan BMKG dalam Hadapi Tantangan Iklim bagi Petani

Avatar photo
Reporter : Makson Saubaki
Foto. Wabup Kupang Aurum Titu Eki Apresiasi Kolaborasi Yayasan CIRMA dan BMKG dalam Hadapi Tantangan Iklim bagi Petani.
Foto. Wabup Kupang Aurum Titu Eki Apresiasi Kolaborasi Yayasan CIRMA dan BMKG dalam Hadapi Tantangan Iklim bagi Petani.

Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki, mengapresiasi kolaborasi Yayasan CIRMA dan BMKG dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI). Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman petani kecil dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kupang, KBC — Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki, memberikan apresiasi tinggi terhadap kerja kolaboratif Yayasan Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (CIRMA) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website? Klik Disini!!!

Kedua lembaga tersebut menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk Keadilan Iklim bagi komunitas petani kecil di Desa Camplong II, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, pada Kamis (20/3).

Baca Juga:  Waspada Pancaroba! BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang Ancam NTT Hingga 7 Mei 2025

Lebih lanjut Aurum menjelaskan bahwa metode SLI tidak hanya berbasis sains dan teknologi , tetapi juga menghormati tradisi lokal.

“Petani selama ini menggunakan tanda-tanda alam untuk menentukan waktu tanam. Tradisi ini tetap penting, tetapi jika dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan modern, hasilnya akan lebih optimal,” tambahnya.

Dengan mengikuti Sekolah Lapang Iklim, petani diharapkan dapat memahami pola cuaca, menerapkan strategi pertanian cerdas iklim, serta menentukan waktu dan pola tanam yang lebih tepat.

Sementara itu, Rahmattulloh Adji , Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, menegaskan bahwa kerja sama dengan CIRMA telah dimulai sejak awal tahun 2025 melalui penandatanganan perjanjian kerja sama.

Baca Juga:  Cinta yang Disahkan Negara: Kisah Haru di Balik Nikah Massal Kota Kupang

“Informasi iklim yang diberikan kepada petani harus dipahami dengan baik. Jangan sampai hanya didengar tanpa diterapkan.

Metode pembelajaran di SLI ini berbasis pelatihan dan diskusi , bukan sekedar teori,” jelas Adji .

SLI juga menerapkan metode Training of Trainer (TOT), di mana peserta sudah mendapatkan ilmu yang dapat menularkannya kepada petani lain.

Direktur Yayasan CIRMA, Yohanes Mangu Ladjar , mengungkapkan bahwa program Sekolah Lapang Iklim bagi Komunitas Petani Kecil 2025 akan diimplementasikan di 6 kabupaten/kota di NTT, yaitu:

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com

+ Gabung


Powered By NusaCloudHost