“Plafon gypsum ini kalau kena embun saja sudah lebur seperti kerupuk kena air.
Kami minta pertanggungjawaban dari pihak terkait, dan kami juga akan segera lapor ke aparat penegak hukum,” tegas Martinus.
Ia menambahkan bahwa pihak komite akan menggelar rapat darurat dengan orang tua siswa guna menyusun langkah selanjutnya dalam mendorong penanganan cepat dan menuntut audit terhadap proyek bermasalah tersebut.
Kondisi ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan pusat agar lebih serius memperhatikan mutu proyek infrastruktur pendidikan, terutama di wilayah terpencil seperti Amarasi Selatan.
Pasalnya, keselamatan siswa dan guru seharusnya menjadi prioritas utama.
“Kalau tidak segera ditangani, bisa saja besok lusa ada korban jiwa. Jangan tunggu sampai nyawa melayang baru pemerintah bertindak,” tandas Martinus.
Dengan kondisi tiga ruang yang plafonnya sudah ambruk dan empat lainnya retak-retak, SD Inpres Buraen 1 kini berada dalam situasi darurat.
Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak-anak untuk menimba ilmu, justru berubah menjadi ancaman serius.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.