Namun, pengerjaan plafonnya baru rampung tahun 2024 dan sempat terbengkalai. Mirisnya, pihak kontraktor dilaporkan mengganti tukang hingga 18 kali selama proses pembangunan.
“Dari awal proyek ini memang sudah bermasalah. Atapnya bocor, dan saat hujan airnya langsung merembes ke plafon. Lama-lama jadi rusak, apalagi bahan gypsum tidak cocok untuk daerah kami yang dingin dan sering hujan,” jelasnya.
Tak hanya ruang kelas 6, dari tujuh ruangan yang dibangun, tiga sudah mengalami roboh total pada bagian plafon.
Sementara empat sisanya sudah menunjukkan tanda-tanda retak yang membahayakan keselamatan siswa dan guru.
Untuk sementara, pihak sekolah memindahkan kegiatan ujian akhir ke ruangan lain yang sebelumnya juga sudah mengalami kerusakan plafon, namun dinilai lebih aman dibanding yang baru roboh.
“Kami sudah buat laporan resmi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang dan DPRD. Kami juga sudah kirimkan laporan langsung ke Bupati lewat WhatsApp ‘Lapor Kaka Bupati’,” ujar Deni.
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah, Martinus Finit, menyuarakan kemarahan atas kualitas proyek pembangunan yang tak mempertimbangkan kondisi geografis dan cuaca di Buraen.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.