Sayangnya, dalam banyak forum kebencanaan, peran perempuan masih kerap terpinggirkan.
Budaya patriarkal dan anggapan bahwa urusan kebencanaan adalah domain laki-laki seringkali menutup ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.
Padahal, pengalaman, intuisi, dan empati perempuan sering kali menjadi fondasi yang kuat dalam membangun ketangguhan komunitas.
Untuk itu, sudah saatnya pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya mendobrak paradigma lama tersebut.
Inklusivitas gender harus menjadi prinsip utama dalam seluruh proses penanggulangan bencana: mulai dari pemetaan risiko, penyusunan kebijakan, pelatihan, hingga pemulihan pasca-bencana.
Tidak cukup hanya mengikutsertakan perempuan sebagai peserta, tetapi perlu menciptakan ruang aman dan setara di mana suara mereka benar-benar didengar dan dihargai.
Investasi pada kapasitas kepemimpinan perempuan, akses pada sumber daya, dan pelibatan dalam forum strategis merupakan langkah konkret yang harus terus diperkuat.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.