Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Daerah  

Flobamora Tak Gentar: Ketika Perempuan NTT Jadi Arsitek Ketangguhan

Avatar photo
Astin perempuan disabilitas menjelaskan jalur evakuasi di Lembata.
Astin perempuan disabilitas menjelaskan jalur evakuasi di Lembata.
Oleh: 1. Angel Christy Patricia dan Dr. Syukur M. Adang Jaha
Mahasiswa Pasca Sarjana Undana dan Dosen Undana.

Sayangnya, dalam banyak forum kebencanaan, peran perempuan masih kerap terpinggirkan.

Budaya patriarkal dan anggapan bahwa urusan kebencanaan adalah domain laki-laki seringkali menutup ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website? Klik Disini!!!

Padahal, pengalaman, intuisi, dan empati perempuan sering kali menjadi fondasi yang kuat dalam membangun ketangguhan komunitas.

Untuk itu, sudah saatnya pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya mendobrak paradigma lama tersebut.

Inklusivitas gender harus menjadi prinsip utama dalam seluruh proses penanggulangan bencana: mulai dari pemetaan risiko, penyusunan kebijakan, pelatihan, hingga pemulihan pasca-bencana.

Baca Juga:  Tangis di Tengah Arus: Dua Nyawa Tewas Terseret Banjir di Kabupaten Kupang

Tidak cukup hanya mengikutsertakan perempuan sebagai peserta, tetapi perlu menciptakan ruang aman dan setara di mana suara mereka benar-benar didengar dan dihargai.

Investasi pada kapasitas kepemimpinan perempuan, akses pada sumber daya, dan pelibatan dalam forum strategis merupakan langkah konkret yang harus terus diperkuat.

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com

+ Gabung


Powered By NusaCloudHost