“Proses penerjemahan bukan serta merta jadi, Tuhan tidak menggunakan kuasa-Nya untuk menjadikan sesuatu pada masa ini.
Tuhan justru menggunakan usaha dan kerja keras manusia. Tuhan menggerakkan mereka dengan ilmu pengetahuan dan keahlian untuk tiba pada titik waktu dimulainya terjemahan hingga dapat mewujudkan harapan itu hari ini. Injil Markus dalam Bahasa Aadang,” katanya.
Ia mengatakan Tuhan menggerakkan para guru penginjil pada zamannya untuk membangun gereja dan dunia pendidikan di tanah kaum Aadang.
Hasilnya terlihat pada masa ini, bahkan bertahan sampai 107 tahun. Kita sungguh bersyukur.
Tuhan menggerakkan hati kaum untuk mengurai makna dalam simbol tenunan khas masyarakat adat Aadang.
Harapan di masa depan akan meregenerasi tenunan ini.
Lebih lanjut Majelis Sinode GMIT Penatua Fredik Kande (anggota MS non Pendeta) dalam suara gembala menyampaikan, peristiwa hari ini merupakan upaya untuk melanjutkan pemberitaan Injil Yesus Kristus.
Dalam tuturan tentang budaya masyarakat Aadang, mesti dilanjutkan dengan menulisnya. Ada rasa syukur bahwa ketika berumur 100 tahun telah terbit buku Sejarah Jemaat Aadang.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.