Kabut turun lebat, dan hanya semangat kemanusiaan yang membalut tubuh mereka dari rasa takut dan kelelahan.
Di pagi harinya, 6 Mei, mereka berjalan kaki untuk mencari bantuan. Warga sekitar akhirnya datang mengevakuasi mereka dan ambulans yang terperangkap.
“Ini bukan pertama kali kami menghadapi medan sulit, tapi kali ini benar-benar menguji batas kami,” ujar salah satu nakes, Juviana, dengan mata yang masih menyimpan lelah tapi juga penuh rasa bangga.
Kepala Puskesmas, drg. Tirza Fomeni, menegaskan bahwa keterbatasan infrastruktur tidak boleh menjadi penghalang pelayanan.
“Kami akan terus melayani, apa pun risikonya. Kesehatan adalah hak setiap orang, termasuk mereka yang tinggal di pelosok,” ungkap Tirza dengan penuh senyum.
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang persalinan darurat. Ini adalah potret ketulusan dan dedikasi tenaga kesehatan yang rela mempertaruhkan keselamatan demi satu nyawa.
Mereka tak hanya menolong seorang ibu, mereka menyalakan cahaya di tengah gelapnya keterisolasian.***
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.