Dengan gerakan khas yang menggambarkan sukacita muda-mudi, tarian ini memiliki filosofi unik yang terinspirasi dari tingkah laku ayam jantan dan betina saat merayu satu sama lain.
Dalam konteks budaya Amarasi, tarian ini menyimbolkan kebahagiaan dan cinta yang murni dalam semangat komunitas.
Menariknya, walau maknanya telah bergeser menjadi tarian penyambutan, para penari tetap mempertahankan ciri khas gerakannya.
Mereka menyambut tamu dengan hangat tanpa harus menari mengitari tamu, mencerminkan penghormatan dan kehangatan khas masyarakat Amarasi.
Bupati Kupang, Yosef Lede, menyampaikan bahwa momentum ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk memajukan pendidikan berbasis budaya lokal.
“Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga soal karakter dan identitas. Melalui budaya, kita membentuk generasi yang bangga akan asal-usulnya,” ungkap Bupati Lede.
Kegiatan ini tak hanya menjadi panggung seni, tetapi juga panggung sejarah dan harapan bagi Kabupaten Kupang untuk terus melangkah maju dalam dunia pendidikan dan pelestarian budaya.***
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.