Salah satunya dari proses pendinginan samudra magma yang panas.
Dalam kasus Merkurius, samudra ini kemungkinan kaya akan karbon dan silikat.
Pertama, logam menggumpal di dalamnya, membentuk inti pusat, sementara magma yang tersisa mengkristal menjadi mantel tengah dan kerak luar planet.
Selama bertahun-tahun, para peneliti berpikir suhu dan tekanan mantel cukup tinggi untuk karbon membentuk grafit, yang lebih ringan daripada mantel dan mengapung ke permukaan.
Namun, sebuah studi pada 2019 menunjukkan mantel Merkurius mungkin berada 50 kilometer lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal ini secara signifikan meningkatkan tekanan dan suhu di batas antara inti dan mantel, menciptakan kondisi karbon dapat mengkristal menjadi berlian.
Untuk menyelidiki kemungkinan ini, tim peneliti Belgia dan China, termasuk Lin, mencampur cairan senyawa kimia yang mencakup besi, silika, dan karbon.
Campuran ini memiliki komposisi mirip dengan jenis meteorit tertentu, dianggap meniru samudra magma Merkurius.
Para peneliti juga menambahkan berbagai jumlah besi sulfida. Mereka menduga samudra magma mengandung banyak sulfur, seperti halnya permukaan Merkurius saat ini yang juga kaya akan sulfur.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.