Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Tangisan di Belakang Sekolah: Ketika Kebenaran Membawa Pengasingan

Avatar photo
Tangisan di Belakang Sekolah: Ketika Kebenaran Membawa Pengasingan.
Tangisan di Belakang Sekolah: Ketika Kebenaran Membawa Pengasingan.
Oleh: Heronimus Bani
Pemulung Aksara

Kupang, KBC — Di suatu pagi yang tenang di Kabupaten Kupang, sebuah foto yang sederhana namun mengguncang nurani beredar di sebuah grup WhatsApp.

Dalam foto itu tampak dua murid SD Fatunaus duduk bersimpuh di belakang gedung sekolah. Mata mereka sembab, wajah mereka menunduk, menangisi kenyataan pahit bahwa mereka tidak diperbolehkan mengikuti asesmen akhir semester.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Usaha Anda Tampil Disini? Hubungi Kami!!!
Baca Juga:  Pemerintah Kabupaten Kupang Mulai Kampanye Gerakan Sekolah Sehat

Foto tersebut diambil dan diunggah oleh seorang ibu — bukan seorang aktivis, bukan pula jurnalis — hanya seorang ibu biasa yang tak tahan menyaksikan ketidakadilan.

Ia memutuskan untuk berbicara melalui gambar, berharap keadilan akan datang. Dan datanglah gelombang itu.

Warga grup WhatsApp mulai berbagi, menyuarakan keprihatinan, hingga kabar ini merambat liar di dunia maya.

Media sosial pun menjadi medan tempat masyarakat bertanya: “Mengapa dua anak ini dikecualikan?”

Namun, ketika kebenaran viral, harga yang harus dibayar tidaklah kecil. Ibu yang pertama kali mengunggah foto itu dipanggil oleh pihak sekolah.

Baca Juga:  Pemkab Kupang Gandeng Balai Bahasa NTT Tingkatkan Kompetensi Berbahasa Bagi Guru SD dan SMP

Ia tidak diberikan ruang untuk dialog, melainkan ultimatum: anak-anaknya harus dimutasi. Sebuah bentuk hukuman sosial yang sering kali menjadi senjata sunyi institusi untuk meredam suara kebenaran.

Meski kemudian Dinas Pendidikan turun tangan setelah tekanan publik, dan dua murid tersebut akhirnya dikembalikan ke sekolah, aroma ketidakadilan belum benar-benar hilang.

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com

+ Gabung


Powered By NusaCloudHost