Dili, KBC — Festival Fronteira 2024 yang digelar oleh Pemerintah Timor – Leste terbukti menjadi magnet dalam merajut rekonsiliasi persaudaraan dan persahabatan.
Setelah sukses melakukan festival Fronteira di Maliana tahun 2023, kini Pemerintah RDTL Melalui Kementerian Pemuda, Olahraga dan Budaya kembali melakukannya di Oecusse.
Ribuan orang terlihat memadati Lapangan di Teritorial Oébau, Desa Costa, Kecamatan Pante Macassar yang tempat terselenggaranya festival ini.
Di ringin musik Mix Rege timor yang dipadukan dalam natoni adat budaya timor dan lagu flobamora, 14 Penari dari Kontingen Kabupaten Kupang sukses membawakan tari Tateut Pah Meto dalam festival tersebut, Selasa (15/10) malam.
Dalam setiap liukan gerakan tubuh parah penari membuat ribuan mata penonton histeris dan bersorak ria.
Pendiri dan pembina Sanggar Tari Tateut Pah Meto, Heronimus Bani menjelaskan, bahwa kontingen kabupaten kupang malam ini sukses menampilkan tarian kreatif Monit Mansian.
Dalam tarian kreatif yang ditampilkan malam ini menggambarkan tentang, kehidupan masyarakat di pedesaan di timor yang pada umumnya bertani atau berladang.
Untuk itu, dalam tarian Monit Mansian penari pria mengunakan parang untuk menebas hutan atau berkebun.
“Kemudian hasilnya dibawah pulang kerumah, sementara di rumah ibu atau kaum hawa sedang menenun merajut helai benang menjadi kain untuk perempuan (Tais) dan untuk laki – laki (Beti) dan juga mengelola hasil kebun dalam bentuk gerak tari menumbuk padi atau jagung,”jelas Roni Bani.
Selanjutnya dijelaskan Rony Bani, bahwa kebiasaan masyarakat adat Timor, sering berkumpul atau membuat hajatan selalu ada sirih – pinang.
Dalam tarian Monit Mansian Kuan yang ditampilkan terdapat pola lantai duduk melingkar dan membelah pinang, mengambil sirih dan kapur dan menikmati makan sirih-pinang-kapur bersama sebagai komunitas yang koherensif.
“Ini menggambarkan khasanah budaya adat Timor yang dipegang teguh dari zaman nenek moyang orang Timor,” jelas Kepala Sekolah UPTD SD Inpres Nekmese, Amarasi Selatan.
“Selanjutnya, dalam kolaborasi ingatan pada Nusa Tenggara Timur (NTT) diiringi lagu Flobamora. Hal ini, menggambarkan masyarakat NTT dan orang Timor sering juga keluar merantau.
Untuk itu, di tempat rantauan mereka akan ingat pulau Timor dan Nusa Tenggara Timur dengan lagu Flobamora.
Hal ini ditunjukan dengan gerak tari melingkar yang menggambarkan mereka pergi, tetapi mereka berputar kembali ke kampung halaman.
Pada akhirnya mereka bersatu menjunjung Pulau Timor dan diwujudkan dalam gerak tari duduk bertingkat dan seorang gadis di atas untuk memberi penghormatan terakhir,” pungkasnya.
Dikatakan Guru Budaya dan penulis buku, bahwa makna dari seorang gadis di atas dengan mengangkat tempat sirih-pinang adalah menjunjung tinggi budaya dengan biasanya orang Timor dalam setiap urusan kehidupan _nateek oko’mama ‘_ (menempatkan tempat sirih-pinang secara bermartabat).***
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.