Dikatakan Fahren, ogoh-ogoh sendiri merupakan bagian dari ritual Bhuta Yadnya, dimana umat mengarak patung sebagai bentuk perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini.
“Ogoh-ogoh, mencerminkan sifat negatif manusia yang diarak beramai-ramai dan kemudian akhirnya akan dibakar.
Arak-arakan ogoh-ogoh simbol membuang sifat negatif dan menjaga keseimbangan alam dengan tidak merusak lingkungan sekitarnya yang dilakukan sebelum ritual penyucian dan penyepian,” ungkap Fahren.
Melalui momentum perayaan Nyepi, Penjabat Wali Kota dalam sambutannya mengimbau umat ikut merawat persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
“Keragaman suku, budaya, tradisi, agama dan kepercayaan sudah sepatutnya dihargai sebagai kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama, sebagai bentuk eksistensi dan konsistensi keimanan dan ketakwaan Umat Hindu kepada Tuhan yang maha kuasa,” ujarnya.
Ditambahkan Fahren, bahwa bulan Maret 2024 ada 3 hari raya keagamaan yaitu Nyepi bagi Umat Hindu, Ramadhan bagi Umat Islam, dan Jumat Agung disusul Paskah bagi Umat Kristen.
Hal ini merupakan momentum yang baik untuk mengokohkan kebersamaan dan toleransi antar umat beragama yang selama ini terpelihara dengan baik di Kota Kupang.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.