Kisah Inspiratif Anak Penjual Sirih Pinang di Pedalaman NTT, Kuliah S2 di Universitas Ternama di Indonesia

Foto. Alfret Otu, Anak Penjual Sirih Pinang di Pedalaman NTT, kini Kuliah S2 di Universitas Ternama di Indonesia.
Foto. Alfret Otu, Anak Penjual Sirih Pinang di Pedalaman NTT, kini Kuliah S2 di Universitas Ternama di Indonesia.

Kupangberita.com —– Kisah inspiratif anak penjual sirih pinang di pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS), Nusa Tenggara Timur ( NTT),  melanjutkan studi hingga S2.

Meskipun terlahir dari ayah seorang penjual sirih pinang dan juga petani sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Namun, tidak mematahkan semangat Alfret Otu untuk melanjutkan studi S2 di Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana di Bali.

Alfret Otu, merupakan anak pertama dari 4 bersaudara yang lahir disebuah desa pelosok di Amanatun Selatan tanpa listrik dan jaringan internet.

Meskipun dari desa terpencil dan merupakan anak penjual sirih pinang di desa. Tetapi dia memiliki tekad dan komitmen yang kuat sejak kecil untuk bersekolah hingga perguruan tinggi.

Tekad itu begitu kuat dalam dirinya. Namun, kondisi ekonomi hampir saja mematahkan niat dan semangatnya untuk tidak lanjut kuliah S1.

Meskipun ayahnya seorang penjual sirih pinang dan ibunya seorang ibu rumah tangga, tetapi kerja keras kedua orangtuanya mampu mengantarkannya kejenjang  pendidikan S1 hingga S2.

Alfret Otu, merupakan alumni Pariwisata Politeknik Negeri Kupang, mengisahkan Kepada Media Kupang Berita.com bahwa perjuangannya untuk sekolah tidaklah mudah karena diperhadapkan dengan himpitan ekonomi keluarga.

Dia mengatakan kondisi ekonomi keluarganya saat lulus SMP tidak meyakinkan dirinya untuk lanjut ke SMA. Karena karena kondisi saat itu kedua orangtua tidak memiliki uang untuk daftar di bangku SMA.

Kondisi itu membuat dirinya tidak optimis akan msuk SMA bahkan perguruan tinggi. Namun karena tekad dari kedua orangtuanya itu mampu ia lanjut SMA bahkan sampai perguruan tinggi.

Tekad kedua orangtuanya itu terwujud ketika dirinya masuk SMAN 1 Soe di Kabupaten TTS.

Dia mengungkapkan ayahnya yang sebelumnya tidak pernah berjualan hingga akhirnya memutuskan untuk berjualan sirih pinang untuk membiayai diriny saat di SMA.

Dia mengatakan hal tersebut membuat dirinya menjadi minder karena harus bersekolah di sekolah ternama di Soe dan bersaing dengan  anak-anak orang kaya tetapi kondisi itu mampu mendorong dirinya hingga menjadi alumni SMA.

Masuk perguruang tinggi adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin, bagi dia karena dirinya tidak optimis dengan ekonomi keluarga.

Dia mengisahkan saat semua teman sebangku SMA-nya bercerita mereka akan kuliah disini dan disana. Namun dirinya hanya terdiam karena dirinya tidak yakin akan kuliah.

Satu-satunya yang ada dibenaknya adalah harus kuliah dengan ketentuan. Dia harus merantau ke Malaysia ataupun Kalimantan untuk kerja disana kemudian kumpul uang untuk pulang dan kuliah.

Setelah itu kedua orangtuanya sepakat untuk dirinya kuliah dan niat merantau itu dibatalkan.

Sikap nekat ayahnya harus beralih dari petani, menjadi seorang penjual sirih pinang dengan modal Rp 50 ribu demi membiayai sekolahnya saat di SMP.

Pilihan ayahnya untuk menjual sirih pinang itu sulit, suka duka dialaminya saat menjadi mahasiswa S1.

Dia mengisahkan suatu waktu tidak pernah memiliki beras, minyak tanah dan uang, kekurangan itu dialami berulang kali dikosnya hingga wisuda.

“Terkadang untuk mengisi kekosongan perutnya dia harus berjalan kaki bolak balik  Oesapa hingga ke rumah keluarga di kuanino.

Kejadian itu, sering dialami dan menjadi hal biasa bagi dia. Dan itupun berlalu hingga dia berhasil menjadi alumni S1 pariwisata.

Melalui pengalaman suka duka dialami saat kuliah S1, membuat dia bersemangat harus berjuang mencari kerja mewujudkan impian lanjut S2, bagaimanapun itu, tekadnya itu harus dicapai.

Setelah bekerja beberapa tahun, dia berhasil menabung uang untuk lanjut studi meskipun harus juga menjadi tulang punggung bagi kedua adiknya yang juga sementara kuliah.

“Saya sudah menjadi ayah bagi adik – adik karena dari kampung bapak dan mama sudah titipkan kepada saya,”ujarnya dengan penuh linang air mata.

Hingga pada akhirnya dia melanjutkan study S2 di salah satu Universitas ternama di Indonesia yakni Pasca Sarjana Udayana.

Keinginannya untuk lanjut studi, sebagai bentuk partisipasi dalam memperbaiki sumberdaya manusia (SDM) NTT dan umumnya Indonesia yang masih rendah karena SDM sebagai sentra pembangunan.

Dorongan itu membuat dan berpikir dengan logika. Bawah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan karena Tuhan telah merancang setiap jalan hidup manusia meskipun harus melalui kondisi yang tidak mungkin dan proses menyakitkan, pasti akan tiba disana.

“Kita tidak tahu jalan hidup seseorang, kita manusia merancang tetapi Tuhanlah yang menentukan,”ujarnya.

Pesannya bagi anak muda Indonesia agar jangan minder, jangan menyerah apalagi putus asa, tetapi doakan apa yang diinginkan biar Tuhan Yang Maha Kuasa buka jalan yang tidak mungkin bagi logika manusia menjadi mungkin mengapai impian.(tim/***).

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp KupangBerita.Com

+ Gabung

Exit mobile version