Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

BMKG: Pola Sirkulasi Angin Terpantau di Wilayah Perairan NTT

Avatar photo
BMKG Image e1645609288633

Jakarta, Kupangberita.com — Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) BMKG secara khusus melakukan pemantauan kondisi dinamika atmosfer yang dapat berpotensi menjadi siklon tropis dan berdampak pada kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia.

Berdasarkan analisis hari ini Rabu, 23 Februari 2021, terpantau adanya pola sirkulasi angin yang dipicu oleh daerah pola tekanan rendah di sekitar Laut Timor sebelah Selatan Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8, di wilayah sekitar sistem sirkulasi tersebut terlihat adanya pumpunan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir namun belum terorganisir dengan baik membentuk sistem dengan pola sirkular.

Baca Juga:  Prediksi Musim Kemarau Tahun 2024 di Indonesia Mundur, BMKG Imbau Antisipasi

Hasil analisis angin per lapisan menunjukkan adanya pola sirkulasi pada lapisan bawah hingga menengah namun masih cukup melebar.

Pembentukan pola sirkulasi angin tersebut dipicu oleh terbentuknya area tekanan rendah dan diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu; MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.

Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah Selatan hingga Barat Daya dan menjauhi wilayah Indonesia.

Sementara itu potensi sistem sirkulasi tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24 jam ke depan masih berada dalam kategori rendah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam kedepan.

Baca Juga:  Prakiraan Cuaca Hari Ini, Selasa (19/3), BMKG: Bibit Siklon Tropis Megan Menjauhi Wilayah Indonesia

Suatu kriteria bahwa Bibit Siklon dapat dikatakan meningkat menjadi Siklon Tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).

Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa – Bali, NTB, NTT.

Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut.


Powered By NusaCloudHost